SEJARAH DESA

25 0

SEJARAH BERDIRINYA DESA CICALUNG

KECAMATAN MAJA KABUPATEN MAJALENGKA 45461

 

 

Desa Cicalung dilalui jalur Kabupaten yang menghubungkan wilayah Kecamatan Sukahaji dan Kecamatan Maja.

Ada empat desa terdekat sebagai batas Desa Cicalung yaitu:

  1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciomas Kecamatan Sukahaji.
  2. Sebelah selatan berbatasan dengan dengan Desa Paniis Kecamatan Maja.
  3. Sebela barat berbatasan dengan Desa Banjaran Kecamatan Maja.
  4. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pageraji Kecamatan Maja.

Suatu perkampungan kecil dihuni oleh beberapa warga penduduk dengan mata pencaharian petani, agama yang dianut saat itukebanyakan geragam indu dan Budha. Suasan saat itu cukup indah, nyaman dan menyegarkan, karena ditumbuhi pohon - pohon yang besar dan rindang. Konon kampung tersebut suka dijdikan tempat peristirahatan Nyi Rambut Kasih.

Tokoh –tokoh pendiri Cicalung

            Sejak dahulu manusia sudah terbiasa hidu berdampingan antara yang satu dengan yang lain, hubungan perdagangan sudah terjalin, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, seperti halnya antara penduduk cirebon dengan penduduk Maja, mereka menjalin komunikasi lewat perdagangan dimana orang cirebon membutuhkan sayuran, buah –buahan, umbi-umbian yang mereka dapatkan dari Maja, sebaliknya orang Maja membutuhkan ikan, garam, pakaian yang diperoleh dari orang Cirebon.

            Karena perjalanan antara Cirebon –Maja sangat jauh dan kendaraan saat itu masih menggunakan transportasi sederhana sekali seprti kuda, gerobak/pedati ditarik dengan tenaga

 

kuda, kerbau dan sapi. Maka orang Cirebon harus beristirahat disebuah kampung yang disebut Babakan Jawa di wilayah Maja.

            Tokoh pendatang lain brnama “SOLEH NURDIN” termasuk warga pendatang yang tinggal di wilayah perkampungan yang menjadi cikal bakal Desa Cicalung. Beliau termasuk saudagar yang menganut agama islam. Soleh nurdin punya misi selain berdagang juga untuk menyebarkan agama islam.

            Tokoh pendatang lain bernama “SUMENDE” beliau berasal dari Banjaran Maja, karena adanya perselisihan paham antara Buyut Sumende dengan kakaknya di Banjaran, maka beliau lari dan bersembunyi di balik batu, sehingga kakaknya kehilanhgan jejak.Setelah merasa aman maka Buyut Sumende melanjutkan perjalanan ke ara timur laut enuu perkampungan yang sudah di huni oleh “SOLEH NURDIN” dari Cirebon.

            Seorang penduduk asli desa Cicalung bernama “JAGAROTA” beliau hidup bertani dan beragam Budha, sebagai penduduk asli/pribumi beliau menerima kedua pendatang baru (Soleh Nurdin dan Buyut Sumende).

            Seiring dengan berputarnya waktu dan berjalannya masa persahabatan ketiga tokoh disebut sebagai bintang menyatu padu menerangi cakrawala kehidupan jagat raya mereka bagai kakak beradik satu sama lain saling melengkapi kekeurangan yang terjadi pada dirinya serta saling menyayangi, saling menasihati dan saling menghormati.

            Jagarota yang semula memeluk agama Budha, dengan kesadaran sendiri dan menyakini bahwa kehidupan islam itu indah beliau akhirnya masuk islam melalui bimbingan Soleh Nurdin dan Buyut Sumende. Entah mengapa Soleh Nurdin pun dijuluki “JAGA RAKSA”.

Lahir Nama Cicalung

            Sebagaimana kita ketahui bahwa segala sesuatu muncul meski ada sebabnya, demikian halnya dengan nama, apakah nama diri atau nama sebutan, nama tersebut biasanya bermakan bagi pencipta nama itu.

Apa Latar Belakang Penamaan Cicalung Oleh Pendirinya?

            Keluarga baru dikalangan totkoh-tokoh kampung itu sebut saja “TIGA SERANGKAI” yaitu: Buyut Sumende,Jagarota dan Jagaraksa. Mereka bahu membahu untuk membagun kampungnya ke arah kemajuan di segala bidang, baik fisik maupun mental. pertanian dan perdagangan, ahklak dan keagamaan sebagai sasaran mental, yang harus dibina bagi warganya.

            Saat tiga tokoh tersebut berjalan-jalan mengontrol wilayah kampung sambil kunjung silaturahmiterhadap orang-orang yang mereka lalui,menelusuri tanah pertanian bagian timur kampung hingga akhirnya sampai ditempat yang teduh untuk dijadikan tempat beristirahat, sambil menikamati keindahan alam dan kenyamanan suasana, diselingi pula obrolan tentang kemajuan warga penduduk kampung.Hembusan angin sepoi-sepoi, nyanyian cicit burung yang beraneka suara menambah kenikmatan dari sang maha pencipta terasa tiada tara.

            Entah berapa lama mereka bersama-sama mendengar suara alunan musik bambu jenis calung (kesenian rakyat sunda) saling bertatutan yang tidak jauh dari tempat peristirahatan, padahal penduduk kampung tersebut tidak seorang pun yang meiliki alat musik sejenis calung namun saat itu betul-betul mereka dengar bahwa alat musik calung sedang di mainkan dan terdengar sangat merdu.

            Ketiga sosok tubuh secara spontanitas mencari arah asal suara sejenis Calung itu, akhirnya sampailah mereka disuatu sungai kecil yang airnya jernih mengalir ke tempat yang lebih rendah serta menciptakan kubangan yang dalam.

            Suara musik sejenis Calung semakin keras dan jelas, namun mereka bingung tidak didapatkan orang-orang yang sedang main musik sejenis calung tersebut.    

Ketiga tokoh tersebut tidak berputus asa, mereka berusaha untuk mencoba perhatikan, mengamati dan memusatkan indra pendengaran dan penglihatan ke sekekliling tempat tersebut.

Dengan ijin Allah SWT penyebab timbulnya suara musik calung itu mereka dapatkan tempatnya di sungai Cinangsi yang berhulu di Paniis, setelah di analisa, terdapat air terjun kecil yang jatuh menimpa batu sehingga, cipratan airnya tidak bersamaan jatuhnya melainkan susul menyusul, shingga menimbulkan bunyi yang berbeda.

            Dari perbedaan bunyi air terjun itulah sehingga menyerupai bunyi sejenis Calung tercipta, pada kesempatan lain ketiga tokoh tersebut mengadakan musyawarah di sebuah surau tempat penduduk melakukan shalat dan pembinaan mental/pengajian dimana di bawah surau tersebut mengalir air di parit kecil,yang mengalir ke sungai C      ikondang (sekarang Mesjid Jamie Cicalung yang bertingkat) mata air tersebut berasal dari tebing bukitsebelah barat,dimana menurut keprcayaan masyarakat setempat bahawa di atas bukit itu di bangun sebuah rumah sebagai peristirahatan Nyi Rambut Kasih.

            Dalam musyawarah tersebut tiga tokoh menyampaiakan gagasan tentang penamaan kanmpung berhubung kampungf tersebut belum mem,iliki nama. Tercapailah kesepakatan dalam musyawarah tersebut bahwa kampung yang mereka tempati di beri nama Cicalung. Cicalung meruapakn poaduan dari dua kata “cai” dan “Calung”,cai berasal dari bahasa sunda yang berarti air dan calung adalah salah satu alat musik orang sun da yang terbuat dari bambu sesuai dengan pengalaman mereka sewaktu mendengar musik calunmg di sungai Cianangsi.

            Seapanjang aliran sungai Cinangsi mulai dari hulu dayeuh sampai blok jum’at dinamai pula sungai Cicalung hingga sekarang, sedangkan parit kecil dibawah sungai dinamakan sungai Cikantar karena di tempat itu di jadikan pengantar musyawarah dalam menyepakati nama Desa Cicalung.

Sebagai penerus tokoh agama di Desa Cicalung yaitu Eyang Rumi yang merupakan keturunan dari Eyang Latipudin dari pesantren Pageraji.

 

            Setelah Eyang Rumi tiada/pupus diteruskan oleh mualim Affandi.Setelah muallim Affandi pupus situasi di Desa Cicalung sebagian masyarakatnya mengalami krisis akhlak aqidah saat itu desa Cicalung sedang dipinpin oleh Bapak Kuwu Abdul Syukur karena merasa bertanggung jawab bahwa iya seorang pemimpin maka beliau mencari seorang tokoh ulama, dengan tujuan untuk memimpin dalam bidang keagamaan guna meluruskan kembali disaat krisis akhlak dan aqidak sedang terpuruk untuk menyadarkan orang-orang yang sedang mengalami rusak mental tersebut.

            Akhirnya K.Qizwini di boyongnya dari Maja ke Desa Cicalung lama yang bersangkutan memberiakn ketebalan iman pada masyarakat desa Cicalung dan mendirikan pesantren di Babakan anyar yang sekarang menjadi majlis ta’lim Nurul Iman terus menurus oleh keluarganya.

 Sebagai penerus untuk mempertahankan eksisnya agama islam dilanjutkan oleh Abuya Nur Jali yang sekarang memiliki majlis ta’lim riyadfhul mu’tadin yang sampai sekarang masih di adakan pengajian setiap hari Minggu pagi di majlis ta’lim tersebut.

Abuya Nur Jali masih saudara kandung dengan H.Yunus.Drs.SH.MBA.M.si. Beliau pernah menjadi kepala kantor Departemen Agama Kabupaten Majalengka dan sekarang menjadi ketua yayasan pembina pendidikan majalengka merangkap sebagai Dosen Mata kuliah manajemen sumber daya manusia/MSDM di STIA semester VI disamping jabatan-jabatan lainnya yang penyusun tidak di tulis di buku ini. Dan sekarang penerus mempertahankan eksisnya agama islam adanya majlis talim MT Nurul Iman yang dipimpin oleh H.DE Setiady Qizwini yang selau diadakan pengajian rutinan setiap Malam sabtu, Majlis Talim lainnya di Mushola Al Ikhlas dipimpin oleh H.Drs Solehudin pengajian rutinan tiap malam selasa dan di Mushola Nurul Yaqin dipimpin oleh K.Solehudin setiap Malam Kamis .

0 Komentar

PEMERINTAH DESA CICALUNG

Desa Cicalung No.01 Maja-Majalengka 45461

-

[email protected]

Ikuti Kami
Kategori Berita
Link Terkait

© Pemerintah Desa Cicalung. All Rights Reserved. Powered by easydes.id

Design by HTML Codex

Hubungi kami